Aku yakin
sebagian besar masyarakat dunia, mau atau tidak, mengakui prestasi besar yang
dicapai oleh Israel
dalam mengamankan negerinya dari ronrongan negara tetangganya.
Sebenarnya
kemampuan Israel ini hanya
biasa-biasa saja, tapi apa yang membuat agen rahasia Israel begitu berhasil? Ternyata
agen rahasia Israel itu
memanfaatkan sifat fanatisme buta yang dimiliki oleh negara-negara yang
memusuhi Israel.
Caranya mereka mendidik dan merekrut para “pemuka agama” untuk disusupkan
kewilayah musuh. Adapun tugas dari orang-orang yang ahli agama ini, antara lain
adalah mencuci otak para fanatikun, memberi mereka janji-janji muluk tentang
adanya perawan abadi cantik jelita yang akan menantikan mereka kelak di “surga”
kalau mereka mati dalam melakukan misi bom bunuh diri.
Modal untuk
mendapatkan kepercayaan para fanatikun agama sangatlah mudah, dengan berbekal
berpura-pura menyebar propaganda kebencian kepada Israel, semakin benci kepada
Israel semakin disayang oleh organisasi terrorist, semakin banyak calon penganten
bom bunuh diri yang dilatih maka semakin dipercaya. Untuk menjadi pemuka agama
ini juga tidak sulit, tidak perlu menjadi sarjana dulu misalnya di Sekolah
Theologia, hanya cukup modal pintar ngomong, bisa ngelawak, punya suara sengao
sedikit atau bisa juga disengau-sengaukan, dan bisa menyebarkan
kebencian-kebencian bagi agama lain, anda sudah bisa menjadi pemuka agama yang
menyebar lawakan-lawakan yang bisa menjadi bahan tertawaan.
Ratusan
bahkan ribuan pelaku bom bunuh mati sia-sia, dan berhasil membunuh banyak pihak
musuh tanpa pasukan Israel
itu sendiri harus turun tangan untuk menghancurkan mereka. Tentu saja untuk sandiwara
politik selanjutnya, pemerintah Israel
secara resmi mengutuk tindakan para pelaku bom bunuh diri. Israel selanjutnya mengajukan
resolusi meminta izin kepada PBB untuk melakukan pembasmian sarang-sarang
pelatihan terorist bunuh diri di banyak bagian dunia. Foto-foto dan video
pelatihan militer ini sebenarnya diambil dari markas-markas pelatihan yang
dikelola oleh agen rahasia Israel
itu sendiri. Atas izin PBB, Israel
akhirnya mendapatkan legitimasi untuk mengirim pasukan tentaranya guna membantai
habis sepuluh ribuan sisa para terorist yang berada dipusat latihan di
negara-negara lainnya.
Para pemuka
agama yang berhasil melatih para penganten bomb bunuh diri akhirnya juga diangkat
menjadi pahlawan oleh negara-negara yang memusuhi Israel, karena dianggap berjasa bagi
perjuangan mereka. Merekapun diangkat oleh kelompok-kelompok radikal untuk menduduki
strategis di dalam organisasi-organisasi yang sebenarnya sudah dicap sebagai
organisasi terrorist oleh PBB. Orang-orang inilah yang selanjutnya selalu
membocorkan informasi tentang kegiatan-kegiatan mereka kepada agen-agen Israel.
Bisa diduga bahwa sebenarnya banyak orang-orang titipan agen rahasia Israel
yang menyusup di banyak organisasi terrorist international, inilah sebab
mengapa akhir-akhir ini setiap kegiatan para organisasi terrorist ini selalu
bocor ke agen rahasia Israel sebelum mereka melakukan aksinya.
Apa yang
dilakukan dan dikerjakan oleh agen rahasia Israel
ini sebenarnya tidak berbeda dengan banyak organisasi agen rahasia dari negara
lainnya, hanya saja agen rahasia Israel bisa bermain lebih baik dari
negara lain. Setiap agen rahasia sama-sama berusaha menyusupkan orang-orangnya
ke setiap negara yang mereka curigai, tetapi banyak dari mereka yang tidak
berhasil karena kurangnya kemampuan.
Sebenarnya mimpi
untuk menghancurkan Israel
itu tidak akan pernah menjadi kenyataan, karena mimpi itu tidak didukung dengan
dana, keahlian, teknologi, dan pengetahuan yang memadai. Sebaliknya mereka yang
membenci Israel
itu sebenarnya gampang diadudomba karena pada dasarnya ajaran agama mereka
memang paling gampang diadudomba. Dengan hanya bermodalkan kebencian yang
mendarah daging terhadap Israel,
tidak akan mungkin mengalahkan Israel.
Bahkan kebencian yang membabi buta itu hanya akan mencari boomerang bagi mereka
sendiri, yaitu ternyata sesama mereka saling bunuh satu sama lain karena
masing-masing menganggap bahwa merekalah yang paling benar dalam
mengimplementasikan agamanya.
Lalu sampai
kapan para fanatikun buta ini menyadarinya bahwa dirinya tidak lebih daripada
robot-robot yang menjadi budak kepercayaan yang hanya membawa malapetaka bagi
dirinya sendiri dan juga bagi umat keseluruhannya? Mereka tidak akan pernah menyadari
ini, kecuali kalau mereka mulai mempertanyakan kepercayaan mereka itu sendiri,
mereka berpikir kritis dengan akal nurani tentang kepercayaan mereka. Tetapi
sayangnya, begitu mereka membuka akal nurani mereka – mereka akan meninggalkan
agama itu dan menjadi manusia yang bermartabat.
Yang pertama
yang harus dilakukan oleh orang fanatikun buta adalah bertanya. Contohnya;
kenapa agama yang mengaku sebagai agama damai itu ternyata justru membawa
kehancuran bagi kemanusiaan?
Selain daripada itu, mari kita sama-sama juga sampaikan rasa
simpati kepada teman kita Alexander,
yang kini sedang menderita karena kemampuannya memakai akal nurani.